Rabu, 13 Februari 2013

On February

     Ayah Bunda lihatlah anak mu sekarang. Bertambah umurku satu tahun lagi dan berkurang usiaku 1 tahun lagi dimuka bumi. Ayah lihatlah anakmu yang dulu masih memegang jari telunjuk saat ku tak dapat menggenggam semua tangganmu, dan kini jari-jari ini tumbuh lentik dan ingin selalu menyentuhkan tangan mu dikeningku.
Ya, aku masih sangat ingat itu dengan baik. Engkau selalu membelaku saat aku dipaksa mengerjakan pekerjaan rumah dan lebih memelih mengerjakannya dari tanganmu sendiri ketimbang aku merasa lelah, tapi kini tangan ini, benar-benar tagih untuk selalu mengerjakannya. Engkau tak pernah memaksaku untuk berpenampilan anggun, serba pink, seperti boneka, bermain barbie, masak-masakan. Tapi ayah lihat lha anakmu sekarang, aku sudah benar benar sadar apa tugasku sebenarnya.


     Ibu anakmu yang tidak suka rok dan warna pink ini, sekarang sudah menyukainya. Dulu yang hanya bisa memakan santapan darimu, sekarang selalu ingin menemanimu untuk membuat santapan enak yang dinikmati ayah. Dulu yang selalu malu ketika engkau temani setiap kegiatanku, sekarang malah ingin selalu ditemani. Selalu memarahi ketika aku bernampilan cuek, rambut digerai, muka berminyak baju acak-acakan, kamar berantakan, ahhhhhh mungkin masih banyak lagi yang belum tersebut. Ketika aku tambah dewasa rasa sayangmu tak berasa sedikitpun kurang. Masih tetap marah ketika aku bangun siang, kamar berantakan, sibuk dengan kegiatan, tidak tahu dengan cara memasak, dan masih banyak lagi. Ibuuu,, tahukah engkau, aku masih akan setia mendengar marahan mu, masih akan setia meminta doa darimu setiap kaki ini mulai melangkah, karena aku tahu, aku tahu engkau sangat sayang denganku.

     Tapi, kini saat usiaku seperti ini. Apa yang sudah aku berikan untuk kalian?. Apa kebahagiaan yang sudah aku berikan ?. Nantilah aku Ayah, nanti lah aku Bunda. Saat anakmu memakai hijab dan diatasnya dihiasi topi toga bertali, baju kebaya dan tersenyum bersama saat mereka mendekati untuk mengabadikan moment penting di masa usia. Nantilah aku Ayah, saat engkau terucap ingin aku bernampilan anggun seperti anak perempuan lain. Nantilah aku Bunda, saat engkau menginginkan anakmu berdiri diatas podium kelas sambil memegang spidol dan merangkai angka yang disaksikan puluhan anak didik dengan saksama, saat aku berjalan dan mereka berlari mendekat untuk memberi salam pada anakmu.

Saksikanlah Ayah, saksikanlah Bunda, Tunggu aku disegala impian-impianmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar